--
Pelabuhan (ter)Akhir

Jika kita hanyalah berjalan memutar waktu, lalu mengapa aku sempat berhenti? bukankah waktu selalu berjalan? Lalu apakah waktu yang berputar pada semua orang sama? Tidak, kan?”
Malam demi malam kepalaku riuh, penuh, dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
Tuan, apakah kau tahu dari panjangnya putaran waktu, tidak ada satupun bab-mu bersamaku. Ketika semua perahu memiliki tujuan akhirnya, aku memilihmu, Tuan.
Perahuku terseok ombak, mungkin air laut sudah masuk ke dalamnya. “Ayo kayuh lagi, sedikit lagi, pelabuhan sudah tampak”.
Perahuku melaju, melesat cepat. Tapi apa, Tuan? “Pelabuhan Tutup”. Ku lihat satu perahu cantik bersandar disana dengan atapmu yang meneduhinya. Apakah ia akan menjadi penghuni terakhirmu, Tuan?
Tuan, lihatlah aku! Perahuku koyak, rusak. Bagian pentingnya sudah penuh air, sedikit lagi sudah kelam, tenggelam.